WHERE I BELONG TO...
  • Dapur
  • Interior
  • ClayPop
  • Foto
  • Credits


  • Forecasts | Radar


    Links
    • Tiara Ratu
    • Ngulas Buku di qyu-blog
    • Belajar ngeblog
    • donnie blog
    • lepuspa Blog
    • Raisa Blog
    • Yossy Blog
    • Rere Blog
    • Atiek Blog
    Archives
    • October 2006
    • November 2006
    • December 2006
    • January 2007
    • February 2007
    • March 2007
    • April 2007
    • May 2007
    • June 2007
    • July 2007
    • September 2007
    • October 2007
    • December 2007
    • January 2008
    • February 2008
    • May 2008
    Previous entries
    • Celaka 12
    • Terminal Dua
    • Bumerang atau bukan?
    • anak anakku
    • Opini???
    • Ada yang hampir kelupaan
    • Die Stadt Wird Excotisch
    • La Javanaise
    • Profesi itu penting!
    • Habibie vs Megawati?




    Main SUDOKU Yukk

    SUDOKU

    Sunday, September 09, 2007

    Monoton....


    Saya bukan pengamat bukan pula kritikus, apalagi seniman atau bintang iklan televisi namun ada sisi keindahan lain dalam otak dan hati saya ketika menyimak dan lagi-lagi membandingkan berjenis-jenis iklan made in tanah air dan kampung orang, ternyata membuat bibir ini jadi tersenyum dan menahan geli.

    Paparan iklan yang vulgar dan tak bermutu muncul dalam hitungan tiga kali dengan lama tayang paling seperempat menit saja, bosan dan terasa dipaksakan "..permen enak paling eunnnak diemutt..." Begitu bunyinya, menjengkelkan tapi ini bagian dari satu promosi yang mungkin melibatkan puluhan orang dengan sutradara, penulis naskah, bintang iklan! Atau malah justru sebaliknya hanya butuh satu orang saja yaitu sutradara yang merangkap bintang iklan, figuran hingga mungkin si produsen itu sendiri....untuk menyelesaikan iklan televisi itu!

    Mungkin ada yang protes dengan saya "Emang situ mau ngebiayain?" "Berisik amat seehh..." "Makanya jangan nonton tipi!" Terserah! Tetapi mengapa unsur-unsur keindahan dari permen atau bahasa kerennya nilai artistiknya tak ada yang diambil, jangan asal nembak pangsa pasar anak-anak yang mungkin duduk diam di depan kotak ajaib itu, maka penciptaan iklan ala kadarnya mengutamakan unsur paksaan berulang atau para abang tukang becak yang nonton gratis di warung dari atas jok penumpang yang dianggap tak perlu memusingkan segi mutu? Maka lakonnya seringkali para bintang yang muncul berulang-ulang dalam satu rentetan iklan atau iklan pemulus, kecantikan dan pemutih kulit yang mirip pencarian tokoh korupsi hehe

    Gaklah...kemarin dahulu seluruh koran-koran lokal hingga televisi yang gaungnya kelihatan sampai ke negeri seberang ramai dengan ulasan berita tentang diobrak abriknya kantor dan kios serta toko yang memajang majalah tak bermoral itu oleh para gerombolan antah berantah namun tayangan yang langsung masuk tanpa permisi kedalam ruang keluarga mengusung tabir vulgar dibiarkan saja? Memang benar jauhi televisi, batasi jam tonton atau sekalian tak usah membeli televisi, namun apa solusinya? mau ke taman? tak pernah saya melihat lahan kosong nganggur di tengah kota, yang ada pemuasan otak dan hati ke mall atau akhirnya ujung-ujungnya kembali lagi ke kotak ajaib itu lagi hehe...

    Lepas dari itu mencari-cari bentuk iklan yang bagus masih ada namun hanya beberapa dari puluhan yang muncul. Ada seorang kawan yang memilih jika dia paling senang menonton iklan adalah tayangan iklan rokok walaupun secara kesehatan iklan ini pasti harus disensor namun gema patriotisme, keindahan alam Indonesia hingga ikatan arti persahabatan sangat indah dilukiskan...Bukan sekedar Iklan yang menjenuhkan penuh paksaan namun justru ternyata mampu mudah ditangkap oleh memory...ah silahkan memilih sikap.

    posted by Niken @ 5:30 PM   0 comments

    0 Comments:

    Post a Comment

    << Home

    Layout design by Pannasmontata