Superwoman?
Pada jaman dahulu, nama ibu selalu identik dengan sosok perempuan yang melindungi, mengayomi dan menenangkan hati anaknya... Entah mengapa sejak cita-cita ibu kartini yang selalu didengung-dengungkan, peran ibu di rumah mulai tergeser kedudukannya oleh pengganti ´ibu´ yang lain :)
Emansipasi wanita! Tak jadi soal bila ibu menjadi seorang dokter, juru parkir, sekretaris, pedagang, ahli tambang, arsitek, accountant bahkan sopir forklift hingga truk gandeng! Hidup memang akhirnya selalu kembali ke materi hehehe...perlu makan, minum, baju dan rumah atau istilah jadulnya adalah sandang, pangan dan papan. Namun saat ini tidaklah cukup hanya itu saja, masih ada kebutuhan sekunder yang telah naik pangkat menjadi primer, yang dahulu tidak masuk kedalam 3 macam kebutuhan utama itu,.....ada kesehatan, pendidikan, transportasi dan hiburan hihihi.... dan semuanya itu memang butuh uang,uang++++ :(
Sosok ibu tak lagi bekerja ´klasik´ di dalam rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci, menyetrika, memasak hingga merawat anaknya :( Memang menyedihkan, namun ini adalah gambaran tuntutan hidup yang keras...Ibu juga ternyata harus bekerja keras!.....Ibu bekerja sama giatnya dengan ayah, bahkan adapula yang jauh lebih giat dari ayah :p Ibu juga lelah seperti ayah. Kasihan ibu...... :p
Namun, supaya tak lelah mengurus rumahnya selepas bekerja seharian, ibu juga membutuhkan asisten yang dapat membantu merawat dan membersihkan rumah tangganya. Entah bagaimana ceritanya terkadang ada pula sedikit ibu yang melupakan tugas dan fungsi utamanya sebagai sosok yang selalu ´mengayomi´, ´melindungi´ dan ´menenangkan hati...serta selalu menemani anaknya apalagi keluarganya.
Namun jangan menyalahkan IBU! Tetapi salahkan tempat bekerja ibu yang tidak mau mengerti keadaan ibu dan kondisinya hahaha....
Ibu juga ingin menuntut ilmu? Ibu juga ingin bekerja untuk membantu meringankan kebutuhan hidup...Teringat penjelasan seorang teman disini, dia memiliki hak cuti yang panjang untuk selalu dapat menemani dan merawat sang buah hatinya sejak lahir hingga berumur 3 tahun! Dan setelahnya, hingga sekarang dia diperbolehkan bekerja paruh waktu selama hanya 20 jam perminggu! Masalah penghasilannya tentu tak lagi sebesar saat dia masih belum memiliki buah hati, "...hmm setidaknya saya bisa mengurus rumah tangga dan membantu ´kondisi´ keuangan keluarga. " Berbeda jauh dengan hak cuti kita yang hanya cuma 3 bulan saja!
Begitu pula dengan ibu yang ingin menambah keterampilan... Disini kegiataan ibu selalu diperingan dengan tersedianya sarana penitipan anak pada pusat kegiatan belajar. Bukankah sungguh amat sangat mendukung kegiatan ibu?
Saya dapat ´mencium´ perbedaan ini (ceile.!) , dimana letak ´kesetaraan´ itu? Jika hanya membias saja pada kalimat, lelaki dan wanita sama saja..yang ternyata tidak sama! Ibu masih memiliki nurani kasih yang ´berbeda´dengan ayah...namun di lahan kerjanya, mengapa wanita dituntut ´sama´ kuatnya dengan lelaki? Cukup 3 bulan cuti saja :(
Semoga Ibu tetap menjadi IBU......
1 Comments:
Halo mba...saya Eliz, membaca tulisan ibu bikin saya merinding dan terharu, IBU bukan cuma sebuah titel, tapi pekerjaan yang memiliki tanggung jawab yang sangat beratm karena masa depan bangsa tergantung dari didikan seorang ibukan? :-) Mka dari itu saya bangga menjadi ibu dan nggak malu2 lagi di KTP saya tertulis, pekerjaan: Ibu Rumah Tangga :-)
Post a Comment
<< Home