WHERE I BELONG TO...
  • Dapur
  • Interior
  • ClayPop
  • Foto
  • Credits


  • Forecasts | Radar


    Links
    • Tiara Ratu
    • Ngulas Buku di qyu-blog
    • Belajar ngeblog
    • donnie blog
    • lepuspa Blog
    • Raisa Blog
    • Yossy Blog
    • Rere Blog
    • Atiek Blog
    Archives
    • October 2006
    • November 2006
    • December 2006
    • January 2007
    • February 2007
    • March 2007
    • April 2007
    • May 2007
    • June 2007
    • July 2007
    • September 2007
    • October 2007
    • December 2007
    • January 2008
    • February 2008
    • May 2008
    Previous entries
    • Akupun menjadi Ibu
    • Tuyul, kuntilanak, pocongan dkk
    • Dimadu
    • News for beginners Cooks
    • Intolerant Laktosa
    • Kino*
    • Narsisme??
    • oooo IKEA
    • ID
    • Anti air




    Main SUDOKU Yukk

    SUDOKU

    Thursday, December 21, 2006

    Haruskah.....

    Salah satu warga Desa Cikaobandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, membersihkan nasi aking seusai dijemur, Sejumlah keluarga miskin di daerah itu mengonsumsi nasi aking karena tak mampu membeli beras sejak harga beras naik sekitar dua bulan lalu.

    Sejumlah keluarga miskin di beberapa kampung di Desa Cikaobandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, mulai mengonsumsi nasi aking sekitar dua bulan terakhir. Mereka tak mampu membeli beras yang harganya terus naik.

    Selain nasi aking, sejumlah warga juga mengonsumsi gadung, sejenis umbi-umbian yang tumbuh di hutan. Umbi itu mereka dapatkan dari lahan-lahan milik Perhutani di Kecamatan Sukasari.

    Emis (70), warga Kampung Batulayang ketika ditemui mengatakan tak mampu membeli beras yang harganya lebih dari Rp 4.000 per kilogram. Apalagi ia yang buruh tani sudah lama tidak bekerja karena lahan sawah di desanya kering.

    Bersama Acim (75) suaminya, Emis mengandalkan beras untuk keluarga miskin (raskin). Meski murah yaitu Rp 1.200 per liter, jumlahnya sangat kurang. Ia hanya memeroleh jatah tiga liter atau 0,8 kilogram dari rukun tangga setempat setiap bulan.

    ”Sejak harga beras naik di atas Rp 4.000 per liter dua bulan lalu, saya tak sanggup membeli. Hingga sekarang mengumpulkan sisa nasi yang diberi tetangga,” ujarnya.
    Nasi sisa pemberian tetangga, ia kumpulkan dan jemur. Setelah kering, ia kemudian mencuci untuk menghilangkan jamur. Emis lantas merebus dengan mencampurkan bumbu, garam, atau penyedap rasa.

    Selain Emis, sejumlah keluarga di Kampung Batulayang, Talibajo, serta Kampung Sawah juga mengonsumsi nasi aron atau biasa disebut nasi aking oleh masyarakat pesisir utara Jawa. Beberapa warga juga makan umbi-umbian yang mereka peroleh dari ladang, kebun, atau hutan milik Perhutani.

    Onih (60) warga lainnya mengatakan, warga juga mengonsumsi gadung. Umbi-umbian yang biasa dibuat kerupuk itu direbus dengan menambahkan bumbu penyedap rasa atau garam sebelum dimakan.

    ”Gadung ini didapat di hutan daerah Kertamanah Sukasari, sekitar tiga kilometer dari sini. Biasanya direbus dan dikepal-kepal sebelum dimakan atau digoreng dalam bentuk kerupuk,” tambahnya.

    Selain di Cikaobandung, warga beberapa desa di Kecamatan Sukatani juga mencari alternatif pangan. Sejumlah keluarga mengonsumsi singkong yang mereka peroleh dari kebun atau membeli. Mereka antara lain di Desa Cianting serta Desa Pasirmunjul.

    Harga beras di sejumlah kios pasar-pasar tradisional di Kabupaten Purwakarta terhitung masih tinggi. Harga beras kualitas medium berkisar Rp 4.800-4.900 per kilogram. Sementara beras kualitas super Rp 5.400 per kg.

    Warga berharap pemerintah daerah dan Bulog segera mengadakan operasi pasar (OP). Selain harga murah atau di bawah harga pasar, warga juga berharap OP dilaksanakan langsung ditengah masyarakat, bukan di pasar atau di pedagang beras.

    Source Kompas

    posted by Niken @ 8:41 PM   1 comments

    1 Comments:

    At 1:07 AM, Blogger Leny Puspadewi said...

    Menyedihkan memang... Tp itulah potret masyarakat bawah Indonesia... Seharusnya banyak yang bisa kita lakukan untuk mengangkat mereka dari kemiskinan... Kamu sdh memulainya, dengan menulis di sini paling tidak para pengunjungmu akan mendapatkan informasi ini dan mudah-mudahan mulai berpikir untuk ikut mengatasinya...taela...pidatonya...panjang amat...he..he..

     

    Post a Comment

    << Home

    Layout design by Pannasmontata